BENTENG VAN DER WIJK: SAKSI BISU SEBUAH SEJARAH
Benteng
Van Der Wijck adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun
pada abad ke 18. Benteng seluas 3606,625 m2 dan tinggi 9,67 m ini
terletak di Gombong, sekitar 21 km dari kabupaten Kebumen, Jawa Tengah,
atau 100 km dari Candi Borobudur, Magelang.
Berbeda
dengan pemahaman umum mengenai keberadaan Benteng Van der Wick yang
dianggap sebagai benteng pertahanan, saya mendapatkan informasi bahwa
keberadaan benteng yang didirikan tahun 1817 (menurut Pak Narto) atau
1818 (menurut tulisan di benteng) dahulunya adalah benteng tempat
menaruh persediaan pangan untuk kebutuhan ekonomi dan perdagangan[1].
Tidak ada
yang tahu siapa yang mendirikan benteng ini. Nama “Van der Wick” adalah
nama yang disematkan setelah paska kemerdekaan dengan merujuk bahwa
pernah salah satu kapten Belanda bernama Van der Wick meminta namanya
disematkan di benteng tersebut setelah berhasil mengalahkan perlawanan
Pangeran Diponegoro pada tahun 1830. Namun beliau merunut lebih jauh
bahwa nama yang pernah disandang benteng tersebut dihubungkan dengan
nama David Cochius (1787-1876), seorang Jenderal yang bertugas di daerah
barat Bagelen yang namanya juga diabadikan menjadi nama Vort (benteng) Generaal Cochius.
Benteng
ini pernah jatuh ke tangan Jepang dan ketika Jepang berhasil ditundukkan
Belanda, maka keberadaan benteng ini dijadikan sekolah KNIL. Pada tahun
1940-an Pak Harto (mantan Presiden RI ke-2) pernah bersekolah di
benteng ini.[2]
Saat saya
mengunjungi lokasi benteng kuno yang saat ini menjadi areal wisata di
wilayah Gombong tersebut, kondisi di dalam lapangan dalam benteng dalam
keadaan “pating slengkrah” (berantakan) karena rencananya di lokasi
tersebut akan dilaksanakan syuting sebuah film laga populer seri kedua
di Indonesia yang disutradarai orang luar negeri.
Sayangnya,
kondisi bagian lorong benteng baik di lantai satu dan lantai dua tidak
terawat dengan baik. Selain terkadang dipergunakan pasangan muda-mudi
bercengkrama, tembok-tembok dalam ruangan benteng tidak berisikan
kisah-kisah monumental yang memberikan informasi seputar keberadaan
gedung atau peristiwa-peristiwa perjuangan yang terjadi di sekitar
wilayah Gombong dan dibiarkan kosong belaka.
Kiranya
pihak pengelola dapat lebih memaksimalkan keberadaan benteng Van der
Wick bukan semata-mata pada fungsi wisatanya di sekitar areal benteng
dan di atas benteng (kereta gandeng) namun pada aspek historis atau
kesejarahan gedung dan peristiwa historis di luar gedung yaitu peristiwa
pertempuran Kemit dimana saat ini diabadikan Monumen Kemit di lokasi
tersebut.
Peletakkan
kisah historis baik dalam bentuk diorama maupun berbagai foto-foto masa
lampau yang berisikan peristiwa-peristiwa monumental tersebut membawa
sejumlah manfaat khususnya pengunjung al.,Pertama, memberikan
wawasan mengenai latar belakang lokasi yang dia datangi dengan harapan
menumbuhkan semangat patriotisme dan nasionalisme. Kedua,
mengalihkan pengunjung dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
terpuji di sebuah tempat yang memiliki nilai historis sehingga mencemari
kesakralan sejarah sebuah lokasi. Ketiga, memberikan sebuah
perspektif (sudut pandang) pada pengunjung khususnya generasi muda untuk
menghargai peninggalan-peninggalan historis, bukan pada bendanya semata
melainkan pesan-pesan luhur yang meletarbelakangi sebuah benda dan
tempat tempat bersejarah.
END NOTES
[1] Pak Narto, Saksi Sejarah Pertempuran Kemit
http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2013/02/pak-narto-saksi-sejarah-pertempuran.html
[2] IN/BIO: TEMPO – Soeharto
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/03/07/0040.html
0 Response to " BENTENG VAN DER WIJK: SAKSI BISU SEBUAH SEJARAH"
Posting Komentar
follow my twitter @akhmadraauf
yang punya blog wajib comen langsung comen back
yang follow blogku langsung di comen back
comen disini bebas