28 Agustus 1962, di Stadion Utama Senayan, Jakarta, seorang pemuda
jangkung berdiri di garis start lomba lari 100 meter. Sebelum
pertandingan dimulai, ia sempat berdoa.
Begitu pertandingan dimulai, ia berlari sangat kencang. Hingga menjadi
atlet pertama yang mencapai garis finish di perlombaan itu. Gemuruh
tepuk-tangan menyambut kemenangan pemuda itu. Pemuda itu bernama Mohamad
Sarengat.
![]() |
| Sarengat - Blog Eotika |
Itulah pesta olahraga Asian Games ke-IV tahun 1962
di Jakarta. Dalam ajang olahraga terbesar di Asia itu, 17 negara ikut
serta dan 14 cabang olahraga dilombakan. Indonesia sendiri menerjunkan
atlet-atlet terbaiknya demi cita-cita mengangkat harkat dan martabat
bangsa Indonesia di panggung dunia.
Dalam kejuaraan itu, Sarengat mempersembahkan 2 medali untuk tim
merah-putih: nomor lari 100 meter dan lari gawang 110 meter. Di nomor
lari 100 meter, Sarengat mencatat waktu 10.2 detik. Sejak itu dia
mendapat gelar “manusia tercepat di Asia”.
Selain di atletik, Indonesia juga berjaya di cabang olahraga lain. Bulu
tangkis menyumbangkan lima emas untuk Indonesia. Ferry Sonneville, Tan
Joe Hok, Tutang, Unang, dan Liem Tjeng Kiang mendapat emas beregu putra.
Minarni, Retno Kustiah, Corry Kawilarang, Happy Herowaty, serta Goei
Kiok Nio berjaya di beregu putri. Tiga emas lainnya didulang dari
tunggal putra (Tan Joe Hok), tunggal putri (Minarni), dan ganda putri
(Minarni/Retno Kustiah).
Di cabang balap sepeda, Hendry Brocks dan kawan-kawan juga menyabet
banyak medali emas. Loncat indah tidak mau ketinggalan dengan satu emas
(papan 3 meter putri) berkat perjuangan tak kenal menyerah Lanny
Gumulya.
Keberhasilan Sarengat dan kawan-kawan saat itu sangat membanggakan.
Indonesia menempati urutan kedua dalam perolehan medali di bawah Jepang.
Inilah prestasi tertinggi Indonesia dalam sejarah keikutsertaaannya
dalam ajang tersebut.
Berita kemenangan Sarengat dan kawan-kawan disiarkan melalui koran, RRI,
dan TVRI. Sarengat digambarkan sebagai contoh manusia Indonesia hasil
Revolusi di bidang olahraga.
Bung Karno memang menyebut olahraga sebagai salah satu aspek dari
Revolusi Indonesia. Ini adalah bagian dari proses nation and character
building. Selain sebagai alat membangun mental dan rohani manusia,
olahraga juga menjadi sarana membangun karakter bangsa.
Di hadapan para atlet Indonesia, di Sasana Gembira, Bandung, 9 April
1961, Bung Karno berpesan: “Engkau adalah olahragawan. Itulah kau punya
wilayah, tetapi dedication of life-mu harus untuk Indonesia. Nah, inilah
pesan yang aku berikan pada saat sekarang ini, dengan harapan agar kita
nanti, bukan saja di dalam pertandingan-pertandingan Asian Games,
tetapi seterusnya kita ini membangun suatu nation Indonesia, nation
building Indonesia, yang membuat bangsa Indonesia bangsa yang mulia,
bangsa yang tegak berdiri, bangsa yang bahagia.”
Sarengat lahir di Banyumas, Jawa Tengah, tanggal 28 Oktober 1940. Dia
adalah anak tertua dari 10 bersaudara. Orang tuanya adalah seorang guru
dan sekaligus pemain tenis. Awalnya, bersama Ayahnya, Sarengat bermain
tenis dengan bola bekas dan raket seadanya.
Di masa SD hingga SMA, karena terobsesi dengan pamannya yang penjaga
gawang PSSI, Mursanyoto, Sarengat kemudian menjadi penjadi penjaga
gawang di kesebelasan sekolahnya. Ia kemudian bergabung dengan klub
Indonesia Muda (IM) Surabaya. Sayang, ia selalu ditempatkan di bangku
cadangan. Akhirnya, ia beralih ke cabang olahraga atletik.
Hingga suatu kali, Sarengat menjuarai lomba lari tingkat SMA di
Surabaya. Sejak itu ia dilirik oleh Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
(PASI) dan diboyong ke Jakarta. Sibuk di olahraga, pendidikan Sarengat
agak terganggu. Ia harus mengulang tiga kali untuk bisa lulus di SMA.
Sarengat sempat bertemu Bung Karno. Saat itu Bung Karno berpesan,
“Sarengat, rakyat telah melimpahkan kamu di Pelatnas selama setahun,
mulai dari pakain kamu dan sepatumu, sekarang rakyat minta bukti.”
Kata-kata itulah yang memicu semangat dan tekad Sarengat. Ia berlatih
hampir setiap saat. “Latihan itulah yang memicu kecepatan dan kekuatan
otot-otot saya,” katanya. Bung Karno sangat menghargai Sarengat.
Sampai-sampai Bung Karno berkelar, “Stadion Utama Senayan dibuat untuk
Sarengat.”
Selain menjadi olahragawan, Sarengat juga berhasil menuntaskan kuliahnya
di Fakultas Kedokteran UI. Ia sempat menjadi Dokter Pribadi Wakil
Presiden Adam Malik.
Di tahun 2009, ia tiba-tiba sakit dan dilarikan ke rumah sakit. Sejak
itu, ia keluar masuk rumah sakit. Saat ini Sarengat terbaring lemah
karena serangan stroke. Jasa-jasa Sarengat bagi bangsa ini sangat besar.
Ia telah menjadi pahlawan bangsa di bidangnya: olahraga.

0 Response to "Sarengat, Kisah Si Manusia Tercepat Asia"
Posting Komentar
follow my twitter @akhmadraauf
yang punya blog wajib comen langsung comen back
yang follow blogku langsung di comen back
comen disini bebas