5 Penyakit Jantung Bawaan dan Pencegahannya
Penyakit
Jantung Bawaan atau PJB adalah kelainan jantung yang terjadi pada bayi
sejak dalam kandungan. Janin dalam kandungan memiliki kompensasi yang
baik terhadap kelainan ini, sehingga tanpa kontrol kehamilan yang baik
seringkali PJB tidak terdiagnosa sebelum bayi dilahirkan.
Setiap
jenis PJB memiliki penanganan yang berbeda satu sama lain, bergantung
pada klasifikasi (sianotik atau non sianotik), kelainan struktur, dan
keparahan defek jantung. Dampak kematian dan morbiditas yang menganggu
maka perlu memahami lebih jauh mengenai tanda-tanda penyakit ini,
sehingga dapat melakukan deteksi dini terhadap penyakit jantung bawaan
pada anak-anak.
PJB
adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang ditemukan sejak bayi
dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam
kandungan. PJB yang paling banyak ditemukan adalah kelainan pada septum
bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular septal defect
(VSD) dan diikuti oleh kelainan pada septum serambi jantung atau lebih
dikenal dengan nama Atrial Septal Defect (ASD).
Masyarakat
awam sering melihat kedua kelainan jantung ini dikenal dengan sebutan
jantung bocor. Jenis kelainan struktur lainnya dapat berupa patent
ductus arteriosus, transposition of great arteries, dan kelaianan katup
jantung. Seringkali PJB juga timbul dalam bentuk gabungan beberapa
kelainan, seperti yang terjadi pada tetralogi fallot, yang
mencakup 4 kelainan pada jantung. Di antara berbagai kelainan bawaan
yang ada, PJB merupakan kelainan yang paling sering ditemukan.
Prevalensi
PJB di Indonesia sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup, dengan
sepertiga di antaranya bermanifestasi dalam kondisi kritis pada tahun
pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan
berakhir dengan kematian. Di Indonesia, dengan populasi 200 juta
penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar
30.000 penderita PJB.
Penelitian
di Amerika Serikat menyatakan bahwa setiap tahun sedikitnya 35.000
bayi menderita kelainan ini dan 90% di antaranya dapat meninggal bila
di tahun pertama kehidupan bayi tidak dilakukan perawatan yang adekuat.
Menurut Children Heart Foundation, pada setiap tahun sebanyak
1.000.000 bayi di seluruh dunia lahir dengan penyakit jantung bawaan.
Sekitar 100.000 diantaranya tidak akan dapat melewati tahun pertama
kehidupannya, dan ribuan bayi lainnya akan meninggal sebelum mencapai
usia dewasa. Keadaan ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat
awam, sehingga angka kematian anak-anak yang disebabkan oleh penyakit
jantung ini terus meningkat.
Penyakit
jantung bawaan adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, di
mana kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung
terjadi akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung
pada fase awal perkembangan janin. Penyebab PJB sendiri sebagian besar
tidak diketahui, namun beberapa kelainan genetik seperti sindroma Down
dan infeksi Rubella (campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan
ibu berhubungan dengan kejadian PJB tertentu.
Secara
umum terdapat 2 kelompok besar PJB yaitu PJB sianotik dan PJB
asianotik. PJB sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung
yang lebih kompleks dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah.
Sementara PJB asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana
dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di antaranya memerlukan
tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. Pada PJB sianotik,
bayi baru lahir terlihat biru oleh karena terjadi percampuran darah
bersih dan darah kotor melalui kelainan pada struktur jantung. Pada
kondisi ini jaringan tubuh bayi tidak mendapatkan cukup oksigen yang
sangat berbahaya, sehingga harus ditangani secara cepat. Sebaliknya
pada PJB non sianotik tidak ada gejala yang nyata sehingga seringkali
tidak disadari dan tidak terdiagnosa baik oleh dokter maupun oleh orang
tua. Gejala yang timbul awalnya berupa lelah menyusui atau menyusui
sebentar-sebentar dan gejala selanjutnya berupa keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan.
Inilah 5 penyakit jantung bawaan pada anak
1. VSD (Ventracular Septal Defect)/ Sekat Bilik Jantung Berlubang
VSD
adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat antarbilik jantung
yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan
jantung. Kebocoran ini membuat sebagian darah kaya oksigen kembali ke
paru-paru sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru.
Bila lubangnya kecil, VSD tidak memberikan masalah berarti. Bila besar,
bayi dapat mengalami gagal jantung. VSD adalah kelainan jantung bawaan
yang paling sering terjadi (30% kasus). Gejala utama dari kelainan ini
adalah kesulitan menyusui dan gangguan pertumbuhan, nafas pendek dan
mudah lelah. Bayi dengan VSD besar cepat tidur setelah kurang menyusui,
bangun sebentar karena lapar, mencoba menyusu lagi tetapi cepat
kelelahan, tertidur lagi, dan seterusnya.
2. PDA (Persisten Duktus Arteriosus Persisten)
Duktus
arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan arteria pulmonalis
dengan bagian aorta distal dari arteria subklavia, yang akan mengalami
perubahan setelah bayi lahir, yaitu : "Normal postnatal patency" :
Secara fungsional, duktus arteriosus masih terbuka karena hipoksia atau
pada bayi kurang bulan, dan akan menutup sendiri bila keadaan yang
mendasari telah membaik. "Delayed, non surgical closure" :
Duktus arteriosus akan menutup baik fungsional maupun anatomis, tetapi
hal ini terjadi lebih lambat walaupun keadaan-keadaan yang mendasari
telah membaik. Penutupan ini terjadi karena secara normal menutup
sendiri, atau secara abnormal yaitu karena infeksi atau trombosis pada
duktus arteriosus tersebut. "Persistent patency of the ductus" (PDA) :
Duktus arteriosus tetap terbuka secara anatomis sampai dewasa. Tindakan
pembedahan dilakukan secara elektif (sebelum masuk sekolah). Tindakan
pembedahan dilakukan lebih dini bila terjadi : Gangguan pertumbuhan,
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah berulang, Pembesaran
jantung/payah jantung dan Endokarditis bakterial 6 bulan setelah sembuh
3. PS (Pulmonary Stenosis)/ Penyempitan Katup Paru
PS
adalah penyempitan katup paru yang berfungsi mengatur aliran darah
rendah oksigen dari bilik kanan jantung ke paru-paru. Dengan penyempitan
ini, bilik kanan harus bekerja keras memompa darah sehingga makin lama
makin membesar (hipertrofi). PS terjadi pada 10% kasus. Banyak
penderita yang baru terdiagnosis setelah dewasa. Bila demikian,
dampaknya mungkin sudah sangat merusak berupa penyakit paru, risiko
stroke tinggi dan usia harapan hidup yang rendah.
4. ASD (Atrial Septal Defect) / Sekat Serambi Jantung Berlubang
Atrial
Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya lubang di antara dua serambi
jantung atau terdapat hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri
yang tidak ditutup oleh katup. ASD adalah adanya lubang atau defek pada
sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Lubang ini menimbulkan
masalah yang sama dengan VSD, yaitu mengalirkan darah kaya oksigen
kembali ke paru-paru. ASD terjadi pada 5-7% kasus dan lebih banyak
terjadi pada bayi perempuan dibandingkan bayi laki-laki.
5. TF (Tetralogi Fallot)
TOF
adalah komplikasi kelainan jantung bawaan yang khas, dan melibatkan
empat kondisi: Sekat bilik jantung berlubang (VSD), penyempitan katup
paru (PS), bilik kanan jantung membesar (hipertrofi) dan akar aorta
tepat berada di atas lubang VSD. Pada penyakit ini yang memegang peranan
penting adalah defek septum ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan
syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang
aorta. Lubang VSD biasanya besar dan darah mengalir dari bilik kanan
melalui lubang ini menuju bilik kiri. Hal ini terjadi karena adanya
hambatan pada katup paru. Setelah masuk ke bilik kiri, darah yang rendah
oksigen itu dipompa ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh. Itulah
sebabnya bayi penderita TOF memiliki kulit yang membiru karena
kekurangan oksigen.
Gejala
PJB
seringkali ditemukan pada masa kanak-kanak. Akan tetapi, tidak semua
kelainan jantung bawaan langsung menimbulkan gejala saat lahir.
Beberapa kelainan jantung bawaan sulit untuk dideteksi pada masa
kanak-kanak, sehingga kelainan tersebut baru dapat ditemukan saat
remaja dan dewasa. Pada umumnya kelainan jantung bawaan yang berat
dapat menimbulkan gejala dalam bererapa bulan pertama setelah lahir,
sehingga seringkali dapat terdeteksi pada masa kanak-kanak. Akan tetapi
kelainan jantung bawaan yang ringan seringkali tidak menimbulkan
keluhan, sehingga seringkali pula tidak terdeteksi. Umumnya kelainan
jantung bawaan ringan akan terdeteksi saat anak tersebut datang berobat
ke dokter.
Penyakit
jantung bawaan dapat dibagi menjadi dua. Penyakit jantung bawaan biru
dan penyakit jantung bawaan tanpa biru. Penyakit jantung bawaan biru
lebih cepat menimbulkan gejala dan paling mudah dikenali. Gejala yang
paling sering ditemukan adalah bayi menjadi biru saat menangis (bibir,
kuku, dan lidah menjadi biru). Wajah bayi tampak pucat dan biru, ujung
kaki dan tangan juga kuku terlihat kebiruan akibat kurangnya aliran
darah.
Biru
dan sesak ini akan tampak lebih jelas bila bayi menangis atau mengedan
saat buang air besar, secara umum fisik tampak lemas, lelah dan malas
menyusu,bayi sering demam batuk pilek. Pada saat menghisap ASI, bayi
sering berhenti dan nafas tersengal-sengal wajah kebiruan.
Gejala-gejala lainnya antara lain, sulit bernapas, nafsu makan
rendah, bayi sering tersedak atau terbatuk saat menyusu, berkeringat
berlebih saat makan atau minum susu, pertumbuhan dan perkembangan
terhambat, berat badan sulit meningkat atau cenderung menurun, terlambat
berjalan, aktivitas anak berkurang, anak terlihat lemah, dan anak
sering mengalami demam yang tidak diketahui penyebabnya.
Diagnosis
Penyakit
jantung pada janin di dalam kandungan kebanyakan tidak menimbulkan
gejala yang signifikan. Oleh karena itu PJB seringkali tidak terdiagnosa
sampai bayi dilahirkan.
Penyakit
kelainan jantung bawaan bisa di diagnosis sejak masa kehamilan yakni
memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan pemeriksaan USG
kandungan. Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka harapan untuk
proses penyembuhan akan semakin besar.
Pada PJB sianotik, diagnosa dapat langsung dilakukan (bayi terlihat biru dan sesak) dan membutuhkan penanganan yang cepat.
Pada
PJB non sianotik, pemeriksaan fisik pada bayi barus lahir memegang
peranan yang terpenting. Apabila pada pemeriksaan fisik oleh dokter
terdapat kecurigaan kelainan jantung, maka beberapa pemeriksaan tambahan
harus dilakukan, antara lain ekokardiografi, elektrokardiografi (EKG),
roentgen (X-Ray) dada, oksimetri, sampai kateterisasi atau angiografi.
Namun dengan kemajuan teknik ekokardiografi, prosedur angiografi yang
invasif cenderung berkurang.
Penyebab
Penyebab
kelainan jantung bawaan sebagian besar (90%) tidak diketahui. Faktor
lingkungan seperti: ibu merokok, minum obat di luar resep dokter,
infeksi waktu hamil dikatakan memegang peranan 3%. Sisanya 7% karena
turunan. Karena penyebabnya sebagian besar belum diketahui dan faktor
turunan hanya 7%, kemungkinan untuk melahirkan anak dengan kelainan
jantung bawaan relatif kecil.
Kebanyakan
ahli menduga timbulnya PJB pada bayi-bayi baru lahir disebabkan oleh
gabungan beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi virus TORCH pada
saat kehamilan, penyakit gula pada saat kehamilan, kebiasaan merokok,
konsumsi obat tertentu seperti asam retinoat untuk pengobatan jerawat,
alkohol, dan faktor genetik atau keturunan.
Infeksi
TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex)
adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil
kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi
menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan atau PJB.
Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan
pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat
infeksi aktif, selanjutjnya disarankan pemeriksaan diagnostik berupa
pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium
Faktor
keturunan dapat dilihat apabila saudara kandung atau orang tua dari
bayi yang menderita PJB juga memiliki kelainan yang sama. Riset
menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki kelainan jantung lebih
berisiko memiliki anak yang berkelainan jantung pula. Kelainan juga
dapat disebabkan gangguan perkembangan jantung pada janin karena
infeksi seperti rubella dan toksoplasma, obat-obatan, alkohol dan
zat-zat beracun yang dikonsumsi ibunya. Kelainan gen seperti sindrom
Down dan Turner juga berkorelasi dengan kelainan jantung bawaan.
Pencegahan
-
Pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan saat kehamilan yang rutin
sangat diperlukan. Dengan kontrol kehamilan yang teratur, maka PJB
dapat dihindari atau dikenali secara dini.
-
Kenali faktor risiko pada ibu hamil yaitu penyakit gula maka kadar
gula darah harus dikontrol dalam batas normal selama masa kehamilan,
usia ibu di atas 40 tahun, ada riwayat penyakit dalam keluarga seperti
diabetes, kelainan genetik down sindrom , penyakit jantung dalam keluarga. Perlu waspada ibu hamil dengan faktor resiko meskipun kecil kemungkinannya.
-
Pemeriksaan antenatal juga dapat mendeteksi adanya PJB pada janin
dengan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini sangat tergantung dengan
saat dilakukannya USG, beratnya kelainan jantung dan juga kemampuan
dokter yang melakukan ultrasonografi. Umumnya, PJB dapat terdeteksi pada
saat USG dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan
lebih dari 20 minggu. Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan
jantung pada janin, maka penting untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan
dengan fetal ekokardiografi. Dengan pemeriksaan ini, gambaran jantung
dapat dilihat dengan lebih teliti.
-
Pencegahan dapat dilakukan pula dengan menghindarkan ibu dari risiko
terkena infeksi virus TORCH (Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus dan
Herpes). Skrining sebelum merencanakan kehamilan. Skrining ini yang
juga dikenal dengan skrining TORCH adalah hal yang rutin dilakukan pada
ibu-ibu hamil di negara maju, namun di Indonesia skrining ini jarang
dilakukan oleh karena pertimbangan finansial. Lakukan imunisasi MMR
untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil.
-
Konsumsi obat-obatan tertentu saat kehamilan juga harus dihindari
karena beberapa obat diketahui dapat membahayakan janin yang
dikandungnya. Penggunaan obat dan antibiotika bisa mengakibatkan efek
samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya. Penggunaan obat dan
antibiotika saat hamil seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang
jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah
dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut
tidak dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan,
dan untuk alasan inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan
obat bagi ibu dan janinnya
- Hindari paparan sinar X atau radiasi dari foto rontgen berulang pada masa kehamilan
- Hindari paparan asap rokok baik aktif maupuin pasif dari suami atau anggota keluarga di sekitarnya.
- Hindari polusi asap kendaraan dengan menggunakan masker pelindung agar tidak terhisap zat - zat racun dari karbon dioksida.
5 Penyakit Jantung Bawaan dan Pencegahannya
Penyakit
Jantung Bawaan atau PJB adalah kelainan jantung yang terjadi pada bayi
sejak dalam kandungan. Janin dalam kandungan memiliki kompensasi yang
baik terhadap kelainan ini, sehingga tanpa kontrol kehamilan yang baik
seringkali PJB tidak terdiagnosa sebelum bayi dilahirkan.
Setiap
jenis PJB memiliki penanganan yang berbeda satu sama lain, bergantung
pada klasifikasi (sianotik atau non sianotik), kelainan struktur, dan
keparahan defek jantung. Dampak kematian dan morbiditas yang menganggu
maka perlu memahami lebih jauh mengenai tanda-tanda penyakit ini,
sehingga dapat melakukan deteksi dini terhadap penyakit jantung bawaan
pada anak-anak.
PJB
adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang ditemukan sejak bayi
dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam
kandungan. PJB yang paling banyak ditemukan adalah kelainan pada septum
bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular septal defect
(VSD) dan diikuti oleh kelainan pada septum serambi jantung atau lebih
dikenal dengan nama Atrial Septal Defect (ASD).
Masyarakat
awam sering melihat kedua kelainan jantung ini dikenal dengan sebutan
jantung bocor. Jenis kelainan struktur lainnya dapat berupa patent
ductus arteriosus, transposition of great arteries, dan kelaianan katup
jantung. Seringkali PJB juga timbul dalam bentuk gabungan beberapa
kelainan, seperti yang terjadi pada tetralogi fallot, yang
mencakup 4 kelainan pada jantung. Di antara berbagai kelainan bawaan
yang ada, PJB merupakan kelainan yang paling sering ditemukan.
Prevalensi
PJB di Indonesia sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup, dengan
sepertiga di antaranya bermanifestasi dalam kondisi kritis pada tahun
pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan
berakhir dengan kematian. Di Indonesia, dengan populasi 200 juta
penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar
30.000 penderita PJB.
Penelitian
di Amerika Serikat menyatakan bahwa setiap tahun sedikitnya 35.000
bayi menderita kelainan ini dan 90% di antaranya dapat meninggal bila
di tahun pertama kehidupan bayi tidak dilakukan perawatan yang adekuat.
Menurut Children Heart Foundation, pada setiap tahun sebanyak
1.000.000 bayi di seluruh dunia lahir dengan penyakit jantung bawaan.
Sekitar 100.000 diantaranya tidak akan dapat melewati tahun pertama
kehidupannya, dan ribuan bayi lainnya akan meninggal sebelum mencapai
usia dewasa. Keadaan ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat
awam, sehingga angka kematian anak-anak yang disebabkan oleh penyakit
jantung ini terus meningkat.
Penyakit
jantung bawaan adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, di
mana kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung
terjadi akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung
pada fase awal perkembangan janin. Penyebab PJB sendiri sebagian besar
tidak diketahui, namun beberapa kelainan genetik seperti sindroma Down
dan infeksi Rubella (campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan
ibu berhubungan dengan kejadian PJB tertentu.
Secara
umum terdapat 2 kelompok besar PJB yaitu PJB sianotik dan PJB
asianotik. PJB sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung
yang lebih kompleks dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah.
Sementara PJB asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana
dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di antaranya memerlukan
tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. Pada PJB sianotik,
bayi baru lahir terlihat biru oleh karena terjadi percampuran darah
bersih dan darah kotor melalui kelainan pada struktur jantung. Pada
kondisi ini jaringan tubuh bayi tidak mendapatkan cukup oksigen yang
sangat berbahaya, sehingga harus ditangani secara cepat. Sebaliknya
pada PJB non sianotik tidak ada gejala yang nyata sehingga seringkali
tidak disadari dan tidak terdiagnosa baik oleh dokter maupun oleh orang
tua. Gejala yang timbul awalnya berupa lelah menyusui atau menyusui
sebentar-sebentar dan gejala selanjutnya berupa keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan.
Inilah 5 penyakit jantung bawaan pada anak
1. VSD (Ventracular Septal Defect)/ Sekat Bilik Jantung Berlubang
VSD
adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat antarbilik jantung
yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan
jantung. Kebocoran ini membuat sebagian darah kaya oksigen kembali ke
paru-paru sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru.
Bila lubangnya kecil, VSD tidak memberikan masalah berarti. Bila besar,
bayi dapat mengalami gagal jantung. VSD adalah kelainan jantung bawaan
yang paling sering terjadi (30% kasus). Gejala utama dari kelainan ini
adalah kesulitan menyusui dan gangguan pertumbuhan, nafas pendek dan
mudah lelah. Bayi dengan VSD besar cepat tidur setelah kurang menyusui,
bangun sebentar karena lapar, mencoba menyusu lagi tetapi cepat
kelelahan, tertidur lagi, dan seterusnya.
2. PDA (Persisten Duktus Arteriosus Persisten)
Duktus
arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan arteria pulmonalis
dengan bagian aorta distal dari arteria subklavia, yang akan mengalami
perubahan setelah bayi lahir, yaitu : "Normal postnatal patency" :
Secara fungsional, duktus arteriosus masih terbuka karena hipoksia atau
pada bayi kurang bulan, dan akan menutup sendiri bila keadaan yang
mendasari telah membaik. "Delayed, non surgical closure" :
Duktus arteriosus akan menutup baik fungsional maupun anatomis, tetapi
hal ini terjadi lebih lambat walaupun keadaan-keadaan yang mendasari
telah membaik. Penutupan ini terjadi karena secara normal menutup
sendiri, atau secara abnormal yaitu karena infeksi atau trombosis pada
duktus arteriosus tersebut. "Persistent patency of the ductus" (PDA) :
Duktus arteriosus tetap terbuka secara anatomis sampai dewasa. Tindakan
pembedahan dilakukan secara elektif (sebelum masuk sekolah). Tindakan
pembedahan dilakukan lebih dini bila terjadi : Gangguan pertumbuhan,
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah berulang, Pembesaran
jantung/payah jantung dan Endokarditis bakterial 6 bulan setelah sembuh
3. PS (Pulmonary Stenosis)/ Penyempitan Katup Paru
PS
adalah penyempitan katup paru yang berfungsi mengatur aliran darah
rendah oksigen dari bilik kanan jantung ke paru-paru. Dengan penyempitan
ini, bilik kanan harus bekerja keras memompa darah sehingga makin lama
makin membesar (hipertrofi). PS terjadi pada 10% kasus. Banyak
penderita yang baru terdiagnosis setelah dewasa. Bila demikian,
dampaknya mungkin sudah sangat merusak berupa penyakit paru, risiko
stroke tinggi dan usia harapan hidup yang rendah.
4. ASD (Atrial Septal Defect) / Sekat Serambi Jantung Berlubang
Atrial
Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya lubang di antara dua serambi
jantung atau terdapat hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri
yang tidak ditutup oleh katup. ASD adalah adanya lubang atau defek pada
sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Lubang ini menimbulkan
masalah yang sama dengan VSD, yaitu mengalirkan darah kaya oksigen
kembali ke paru-paru. ASD terjadi pada 5-7% kasus dan lebih banyak
terjadi pada bayi perempuan dibandingkan bayi laki-laki.
5. TF (Tetralogi Fallot)
TOF
adalah komplikasi kelainan jantung bawaan yang khas, dan melibatkan
empat kondisi: Sekat bilik jantung berlubang (VSD), penyempitan katup
paru (PS), bilik kanan jantung membesar (hipertrofi) dan akar aorta
tepat berada di atas lubang VSD. Pada penyakit ini yang memegang peranan
penting adalah defek septum ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan
syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang
aorta. Lubang VSD biasanya besar dan darah mengalir dari bilik kanan
melalui lubang ini menuju bilik kiri. Hal ini terjadi karena adanya
hambatan pada katup paru. Setelah masuk ke bilik kiri, darah yang rendah
oksigen itu dipompa ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh. Itulah
sebabnya bayi penderita TOF memiliki kulit yang membiru karena
kekurangan oksigen.
Gejala
PJB
seringkali ditemukan pada masa kanak-kanak. Akan tetapi, tidak semua
kelainan jantung bawaan langsung menimbulkan gejala saat lahir.
Beberapa kelainan jantung bawaan sulit untuk dideteksi pada masa
kanak-kanak, sehingga kelainan tersebut baru dapat ditemukan saat
remaja dan dewasa. Pada umumnya kelainan jantung bawaan yang berat
dapat menimbulkan gejala dalam bererapa bulan pertama setelah lahir,
sehingga seringkali dapat terdeteksi pada masa kanak-kanak. Akan tetapi
kelainan jantung bawaan yang ringan seringkali tidak menimbulkan
keluhan, sehingga seringkali pula tidak terdeteksi. Umumnya kelainan
jantung bawaan ringan akan terdeteksi saat anak tersebut datang berobat
ke dokter.
Penyakit
jantung bawaan dapat dibagi menjadi dua. Penyakit jantung bawaan biru
dan penyakit jantung bawaan tanpa biru. Penyakit jantung bawaan biru
lebih cepat menimbulkan gejala dan paling mudah dikenali. Gejala yang
paling sering ditemukan adalah bayi menjadi biru saat menangis (bibir,
kuku, dan lidah menjadi biru). Wajah bayi tampak pucat dan biru, ujung
kaki dan tangan juga kuku terlihat kebiruan akibat kurangnya aliran
darah.
Biru
dan sesak ini akan tampak lebih jelas bila bayi menangis atau mengedan
saat buang air besar, secara umum fisik tampak lemas, lelah dan malas
menyusu,bayi sering demam batuk pilek. Pada saat menghisap ASI, bayi
sering berhenti dan nafas tersengal-sengal wajah kebiruan.
Gejala-gejala lainnya antara lain, sulit bernapas, nafsu makan
rendah, bayi sering tersedak atau terbatuk saat menyusu, berkeringat
berlebih saat makan atau minum susu, pertumbuhan dan perkembangan
terhambat, berat badan sulit meningkat atau cenderung menurun, terlambat
berjalan, aktivitas anak berkurang, anak terlihat lemah, dan anak
sering mengalami demam yang tidak diketahui penyebabnya.
Diagnosis
Penyakit
jantung pada janin di dalam kandungan kebanyakan tidak menimbulkan
gejala yang signifikan. Oleh karena itu PJB seringkali tidak terdiagnosa
sampai bayi dilahirkan.
Penyakit
kelainan jantung bawaan bisa di diagnosis sejak masa kehamilan yakni
memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan pemeriksaan USG
kandungan. Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka harapan untuk
proses penyembuhan akan semakin besar.
Pada PJB sianotik, diagnosa dapat langsung dilakukan (bayi terlihat biru dan sesak) dan membutuhkan penanganan yang cepat.
Pada
PJB non sianotik, pemeriksaan fisik pada bayi barus lahir memegang
peranan yang terpenting. Apabila pada pemeriksaan fisik oleh dokter
terdapat kecurigaan kelainan jantung, maka beberapa pemeriksaan tambahan
harus dilakukan, antara lain ekokardiografi, elektrokardiografi (EKG),
roentgen (X-Ray) dada, oksimetri, sampai kateterisasi atau angiografi.
Namun dengan kemajuan teknik ekokardiografi, prosedur angiografi yang
invasif cenderung berkurang.
Penyebab
Penyebab
kelainan jantung bawaan sebagian besar (90%) tidak diketahui. Faktor
lingkungan seperti: ibu merokok, minum obat di luar resep dokter,
infeksi waktu hamil dikatakan memegang peranan 3%. Sisanya 7% karena
turunan. Karena penyebabnya sebagian besar belum diketahui dan faktor
turunan hanya 7%, kemungkinan untuk melahirkan anak dengan kelainan
jantung bawaan relatif kecil.
Kebanyakan
ahli menduga timbulnya PJB pada bayi-bayi baru lahir disebabkan oleh
gabungan beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi virus TORCH pada
saat kehamilan, penyakit gula pada saat kehamilan, kebiasaan merokok,
konsumsi obat tertentu seperti asam retinoat untuk pengobatan jerawat,
alkohol, dan faktor genetik atau keturunan.
Infeksi
TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex)
adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil
kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi
menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan atau PJB.
Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan
pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat
infeksi aktif, selanjutjnya disarankan pemeriksaan diagnostik berupa
pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium
Faktor
keturunan dapat dilihat apabila saudara kandung atau orang tua dari
bayi yang menderita PJB juga memiliki kelainan yang sama. Riset
menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki kelainan jantung lebih
berisiko memiliki anak yang berkelainan jantung pula. Kelainan juga
dapat disebabkan gangguan perkembangan jantung pada janin karena
infeksi seperti rubella dan toksoplasma, obat-obatan, alkohol dan
zat-zat beracun yang dikonsumsi ibunya. Kelainan gen seperti sindrom
Down dan Turner juga berkorelasi dengan kelainan jantung bawaan.
Pencegahan
-
Pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan saat kehamilan yang rutin
sangat diperlukan. Dengan kontrol kehamilan yang teratur, maka PJB
dapat dihindari atau dikenali secara dini.
-
Kenali faktor risiko pada ibu hamil yaitu penyakit gula maka kadar
gula darah harus dikontrol dalam batas normal selama masa kehamilan,
usia ibu di atas 40 tahun, ada riwayat penyakit dalam keluarga seperti
diabetes, kelainan genetik down sindrom , penyakit jantung dalam keluarga. Perlu waspada ibu hamil dengan faktor resiko meskipun kecil kemungkinannya.
-
Pemeriksaan antenatal juga dapat mendeteksi adanya PJB pada janin
dengan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini sangat tergantung dengan
saat dilakukannya USG, beratnya kelainan jantung dan juga kemampuan
dokter yang melakukan ultrasonografi. Umumnya, PJB dapat terdeteksi pada
saat USG dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan
lebih dari 20 minggu. Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan
jantung pada janin, maka penting untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan
dengan fetal ekokardiografi. Dengan pemeriksaan ini, gambaran jantung
dapat dilihat dengan lebih teliti.
-
Pencegahan dapat dilakukan pula dengan menghindarkan ibu dari risiko
terkena infeksi virus TORCH (Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus dan
Herpes). Skrining sebelum merencanakan kehamilan. Skrining ini yang
juga dikenal dengan skrining TORCH adalah hal yang rutin dilakukan pada
ibu-ibu hamil di negara maju, namun di Indonesia skrining ini jarang
dilakukan oleh karena pertimbangan finansial. Lakukan imunisasi MMR
untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil.
-
Konsumsi obat-obatan tertentu saat kehamilan juga harus dihindari
karena beberapa obat diketahui dapat membahayakan janin yang
dikandungnya. Penggunaan obat dan antibiotika bisa mengakibatkan efek
samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya. Penggunaan obat dan
antibiotika saat hamil seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang
jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah
dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut
tidak dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan,
dan untuk alasan inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan
obat bagi ibu dan janinnya
- Hindari paparan sinar X atau radiasi dari foto rontgen berulang pada masa kehamilan
- Hindari paparan asap rokok baik aktif maupuin pasif dari suami atau anggota keluarga di sekitarnya.
- Hindari polusi asap kendaraan dengan menggunakan masker pelindung agar tidak terhisap zat - zat racun dari karbon dioksida.

0 Response to "5 Penyakit Jantung Bawaan dan Pencegaha"
Posting Komentar
follow my twitter @akhmadraauf
yang punya blog wajib comen langsung comen back
yang follow blogku langsung di comen back
comen disini bebas